Selasa, 17 Juni 2008

Menuju Mukmin Sejati (sebuah refleksi dari surat al-fatihah)

Menuju Mukmin Sejati (sebuah refleksi dari surat al-fatihah) PDF Cetak E-mail
Kontribusi dari Masyhuri Mas'ud
Selasa, 17 Juni 2008

Bismillahirrahmanirrahiim

"Dan Sesungguhnya kami Telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Quran yang agung." (Q.S. 87)

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa masksud ayat diatas adalah tujuh surat-surat yang panjang yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Maaidah, An-Nissa', Al 'Araaf, Al An'aam dan Al-Anfaal atau At-Taubah.

Surat al-Fatihah merupakan surat yang diturunkan setelah surat al-Mudatsir diturunkan di Makkah al-Mukarramah dan merupakan surat yang pertama didalam tertib susunan surat-surat al-Quran. Adapun ayatnya tidak lebih dari tujuh ayat termasuk "Bismillahirrahmanirrahim" sebagai ayat pertama menurut kesepakatan para ulama sebagaimana telah dijelaskan didalam kitab sunan al-Kubra li al-Baihaqiy juz 2 dan al-Mu'jam al-Kabir li al-Thabraniy bab Qith'atun min al-mafquud juz 20 sebagaimana dijelaskan juga didalam kitab al-Mu'jam al-Ausath li al-Thabraniy bab al-miim min ismihi : Muhammad juz 14.

Dinamakan surat al-Fatihah dikarenakan kedudukannya sebagai pembuka bagi seluruh surat-surat yang ada didalam al-Quran al-Kariim. Walaupun ayatnya sangat pendek tetapi kandungannya telah mencakupi seluruh isi al-Quran dan asas-asasnya secara ringkas.

Pembicaraan pada surat al-Fatihah meliputi kajian ushuluddin dan cabang-cabangnya, ilmu-ilmu akidah, ibadah, syari'at, keimanan terhadap hari akhir, keimanan terhadap asma' al-husna, mentauhidkan Allah swt dalam beribadah, memohon pertolongan dan berdoa, dengan menghadapkan diri kepadanya dengan memohon hidayah-Nya kepada agama yang benar (Islam) dan jalan yang lurus, serta merendahkan diri dihadapan-Nya dengan menetapi keimanan dan berjalan diatas jalan-jalan orang-orang yang salih. Kemudian surat al-Fatihah ditutup dengan permohonan manusia kepada Allah swt agar dijauhkan dari sifat-sifat al-magdhuub (orang-orang Yahudi yang terlaknat) dan al-dhaall (orang-orang Nasraniy/Kristen yang tersesat).

Dinamakan juga sebagai Umm al-Kitab karena al-Fatihah telah menghimpun seluruh maksud surat-surat yang lain didalam al-Quran al-Karim. Menurut al-ustaz Muhammad Ali al-Shabuniy didalam kitabnya "Shafwat al-Tafasir" jilid pertama bahwa al-Fatihah juga memiliki nama-nama seperti berikut "Sab'u al-Matsaniy, al-Syafiah, al-Wafiah, al-Kafiyah, al-Asas dan al-Hamd".

Didalam solat surat al-Fatihah juga merupakan rukun yang wajib dibaca oleh setiap musahlliy dan tidak sah solat seseorang tanpanya. Dikatakan didalam kitab al-fiqh al-manhajiy bahwa tidak sah solat seseorang yang belum sempurna membacanya kemudian dia terus rukuk, melainkan dalam keadaan masbuq, maka tidak mengapa untuk tidak membacanya dengan sempurna, karena seorang imam itu mesti diikuti keadaan solatnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah saw didalam kitab-kitab Sahih Bukhariy Muslim, Muwattha' Malik dan kitab-kitab sunan.

Keutamaan surat al-Fatihah

Al-Ustaz Muhammad Ali al-Shabuniy menjelaskan didalam kitabnya Shafwat al-Tafasir bahwa telah diriwayatkan oleh imam Ahmad pada musnadnya bahwasanya Ubay bin Ka'b membaca Umm al-Quran (al-Fatihah) keatas nabi Muhammad saw maka Rasulullah saw bersabda : "Demi jiwaku yang berada ditangan-Nya, tidaklah diturunkan pada kitab Taurat dan tidak pula pada kitab Injil demikian tidak pula pada kitab Zabur serta tidak pula pada al-Furqan (al-Quran) sepertinya (al-Fatihah) dialah tujuh ayat yang diulang-ulang bacaannya serta amatlah besar kemuliaan dan faedahnya yang diberikan kepadaku."

Dijelaskan juga pada shahih Bukhariy bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Abu Sa'id bin al-Ma'alla : "Akan saya ajarkan kepadamu satu surat dia merupakan surat yang paling mulia didalam al-Quran : al-hamdu lillahi rabbi al-al'alamiin (al-Fatihah), dialah tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang serta amatlah besar kemuliaan dan faedahnya yang diberikan kepadaku."

Makna surat al-Fatihah

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

4. Yang menguasai di hari Pembalasan.

5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,

7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(Q.S. al-Fatihah : 1)

Allah swt yang telah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, telah mengajarkan kepada orang-orang yang beriman agar dalam setiap urusan yang baik seperti belajar, mencari nafkah, makan minum, berjihad, akan berdiri, duduk ataupun berbaring dan sebagainya hendaklah dimulakan dengan membaca "Bismillahirrahmaanirrahiim". Satu kalimat yang diajarkan oleh Allah swt kepada rasul-Nya melalui malaikat Jibril as, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Disunatkan bagi orang-orang yang beriman untuk meneladaninya, demikian yang dikatakan oleh Abu Ja'far seperti yang ditulis oleh imam al-Thabariy didalam tafsirnya.

"Bismillahirrahmaanirrahiim" menjelaskan akan sifat Allah swt Maha Pemurah lagi Maha Penyayang yang telah menjadikan segala sesuatu atas kehendak-Nya (iradat) dan menyatakan bahwa manusia itu lemah dan tidak dapat melakukan apa-apa urusan melainkan dengan izin-Nya. Kalimat ini juga mengisyaratkan kepada umat manusia bahwa segala usaha umat manusia itu dapat terjadi karena sifat rahman dan rahim Allah swt yang telah menjadikan apa-apa yang diusahakan oleh manusia sesuai dengan kadar usahanya, sebagaimana yang dijelaskan didalam surat al-Ra'd ayat ke 8 yang bermaksud: "Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya."

Ketika kita memulai setiap usaha ataupun aktivitas, maka mulailah dengan menyebut "Bismillahirrahmaanirrahiim". Dan renungkanlah dengan hati serta rasakan betapa dengan rahman dan rahiim-Nya kita bisa duduk dan berdiri, denganya kita bisa melakukan apa saja diatas muka bumi ini. Kemudian masuklah lebih dalam lagi kedalam jiwamu, maka dikau akan dapatkan bahwa sungguh manusia itu tidak dapat melakukan sesuatu melainkan atas kehendak rahman dan rahim-Nya juga. Sehingga dengan demikian ketika engkau renungkan akan hakikat perbuatan dan setiap kejadian, maka dapatlah engkau merasakan akan kebesaran Allah pada setiap kejadian itu dan dirimu adalah sangat lemah dan memerlukan Tuhan untuk menolongmu. Dan hanya karena sifat kasih dan sayang-Nya juga setiap makhluk dapat melakukan banyak perkara diatas muka bumi ini.

Oleh karena itu jika seseorang itu telah memahami akan makna perbuatan serta hakikatnya, maka dia diharapkan untuk tidak melakukan melainkan perkara yang diridhai Allah swt saja. Hal ini tidak lepas dari konteks manusia yang dijadikan khalifah (pengganti posisi) Allah swt dimuka bumi. Manusia tidak diminta melainkan untuk beriman kemudian melakukan kerja-kerja perbaikan didalam segala urusan serta mencegah setiap kemungkaran seperti yang dijelaskan didalam al-Quran surat Ali Imran ayat ke 110 yang bermaksud: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."

2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. al-Fatihah : 2)

Diriwayatkan dari Hakam bin Umair bahwa Rasulullah saw bersabda : "Jika engkau mengatakan 'al-hamdulillahi rabbi al-'alamiin', maka engkau telah bersyukur kepada Allah." Manakala Ibnu Abbas menjelaskan bahwa malaikat Jibril as mengajarkan kepada rasulullah saw : "Katakan wahai Muhammad 'alhamdulillah'." Demikianlah kalimat syukur yang diajarkan oleh Allah swt kepada rasullah-Nya yang sunnah untuk diamalkan oleh setiap orang yang beriman.

Manusia diminta untuk sentiasa bersyukur (berterimakasih) atas setiap nikmat yang didapatkannya dengan mengucapkan 'alhamdulillah'. Sudah semestinya setiap orang yang beriman berterima kasih kepada penciptanya yang telah menyempurnakan penciptaannya dan telah menjadikan dirinya beriman, betapa dengan iman itu dirinya dapat meraih surga-Nya.

Nikmat Allah swt pada setiap insan itu sangatlah besarnya dan tidak satupun yang dapat menandinginya pemberian-Nya. Jika dilihat kepada diri kita, maka akan kita dapatkan sosok tubuh yang sempurna dengan fungsinya masing-masing. Kita dibekalkan otak yang dengannya kita dapat memikirkan, kita diberikan mata dengannya kita dapat melihat alam yang luas, kita diberikan telinga dengannya kita dapat mendengar segala bunyi dan suara, kita diberikan mulut dan segala perlengkapannya dengannya kita dapat berbicara dengan baik, kita diberikan lidah dengannya kita dapat rasakan masin, manis dan pahit, kita diberikan hati dengannya kita dapat merasakan sedih, gembira, dan membedakan yang benar dan salah, kita diberikan tangan dengannya kita dapat meraih dan memegang, kita diberikan kaki dengannya kita dapat pergi mendatangi apa yang kita inginkan, kita dilengkapi rambut dan bulu dengannya kita kelihatan indah, kita dilengkapi kuku dengannya kuatlah jari-jemari, ketika letih dijadikan kita tidur, ketika sakit dijadikan kita sehat kembali. Dengan otak itu kita dapat mengendalikan setiap gerakannya, dengan paru itu kita dapat menyimpan oksigen kedalam tubuh kita dan mengeluarkan karbondioksida yang beracun daridalamnya, dengan jantung itu kita dapat memompa darah keseluruh tubuh, dengan hati itu kita dapat memproduksi darah, dengan empedu itu kita dapat meleraikan lemak-lemak yang tidak diperlukan oleh tubuhnya, dengan lambung itu kita dapat menyimpan makanan dan minuman didalam tubuh, dengan ginjal itu tubuh kita dapat menyaring darah dan membersihkan limbah, namun juga menjaga keseimbangan dari tingkat-tingkat elektolit-elektrolit didalam tubuh, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi dari sel-sel darah merah, dengan usus-usus itu kita dapat menyerap zat-zat makanan yang dimakan, kemudian dia dapat membuang yang apa-apa tidak diperlukan oleh tubuh. "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S. Al-Rahman).

Dia penuhi muka bumi ini dengan oksigen kemudian kita bisa bernafas dengan baik dan menjadi sehat, pada malam hari dijadikan bintang gemintang yang berkelipan dengan warna warni yang menyenangkan hati setiap yang melihatnya, untuk menghiasi langit yang gelap pekat selain menjadi petunjuk arah bagi para nelayan dilautan, diberikan juga cahaya bulan yang lembut, dengannya manusia merasa hidup ini indah dan nyaman berada dibawah belayan cahaya rembulan, jika siang diterbitkan oleh-Nya matahari yang bersinar terang dan kehangatan belaian cahayanya maka seluruh makhluk Allah tumbuh memekar, diturunkan pula hujan yang dengan airnya seluruh makhluk-Nya menjadi hidup. "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S. Al-Rahman).

Sungguh, tidak ada yang dapat memberi seperti pemberian Allah, maka hendaklah setiap orang-orang yang beriman itu untuk sentiasa bersyukur berterimakasih kepada Allah Tuhannya. "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya." (Q.S. Ibrahim : 34 dan al-Nahl : 18)

Kalimat al-hamdulillahi rabbi al-'alamiin telah mengajak kita untuk sentiasa beryukur atas kenikmatan yang telah diberikan secara gratis. Kalimat ini juga telah mengisyaratkan kepada manusia untuk sentiasa mentaati perintah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya karena hanya dengan demikian saja segala kenikmatan tadi akan menjadi kekal bahkan akan digandakan menjadi kenikmatan diatas kenikmatan. "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim : 7)

Allah swt telah memerintahkan kita untuk senantiasa mengingati segala nikmat itu, karena hanya dengan demikian manusia itu akan dapat bersyukur. Allah swt telah berfirman : "Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu." (Q.S. al-Baqarah : 231, Ali Imran : 103 dan al-Maidah : 7). Hampir dapat dipastikan bahwa terjadinya kemaksiatan serta merebaknya kerusakan diatas muka bumi ini disebabkan oleh mereka yang melupakan keindahan dan kenikmatan yang dianugerahkan oleh Sang penciptanya. "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Q.S. Ali Imran : 191)

Kalimat al-hamdulillahi rabbi al-'alamiin merupakan kepala rasa syukur demikian yang disabdakan oleh Rasulullah saw seperti yang dijelaskan oleh Abu Qasim Mahmud bin Amru bin Ahmad al-Zamakhsyariy (penulis tafsir al-Kasyaf).

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Fatihah : 3)

Disini Allah swt sekali lagi menekankan bahwa Dialah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Pada kedua sifat inilah kehidupan di dunia menjadi teratur dan sempurna.

Sebagaimana yang telah kita jelaskan tadi bahwa Allah swt telah menyempurnakan ciptaannya, ternyata semua itu tidak lepas dari sifat al-rahman dan al-rahiim ini. Bisa dibayangkan kalau Allah swt tidak memiliki sifat kedua ini maka sudah tentu akan terjadi banyak kehancuran dan kemusnahan dimuka bumi ini.

Sebagai contoh Allah swt akan mengazab orang-orang yang mengingkari ajaran-Nya, seperti yang dijelaskan didalam al-Quran bagi mereka yang tidak dapat menerima hidayah karena tidak mentadabburi ayat-ayat Allah swt dan tidak pernah mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran-Nya yang ada dilangit dan dibumi juga pada diri mereka sendiri : "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat." (Q.S. al-Baqarah : 6 - 7) Namun demikian mari kita lihat dan renungkan, bukankah mereka yang ingkar itu tetap dapat merasakan manisnya buah-buahan?; Mereka yang menjadi pembangkang keatas ajaran-ajaran-Nya tetapi masih tetap merasakan segarnya air yang diminum; Mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah swt tetapi masih juga mendapatkan curahan air hujan dari langit; Mereka membuat fatwa-fatwa yang tidak pernah diajarkan oleh Allah dan rasul-Nya tetapi mereka masih juga merasakan kehangatan sinar matahari dan kelembutan sinar rembulan.

Kita semestinya lebih banyak merenungkan kebesaran dan nikmat Allah yang ada pada alam semesta juga yang ada pada diri kita. Hanya dengan demikianlah kita dapat mengerti arti kehidupan dan tujuan kita diciptakan. Dengan demikian maka setiap kita akan dapat mengerti mengapa Allah berfirman : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Q.S. Al-Dzariaat : 56). Maka dengan demikian, nyatalah bagi manusia apa-apa yang patut dia kerjakan sebagai khalifah (pengganti tugas-tugas)-Nya dimuka bumi ini untuk senantiasa mengerjakan tugasnya iaitu menyebarkan kebaikan dan yang hak serta untuk tidak melakukan kerusakan apapun bentuknya, apalagi akidah yang diwariskan oleh nabi ini yang menjadi modal utama bagi setiap insan untuk meraih surga-Nya, ketika setiap kita kembali setelah menjalankan tugas-tugas sebagai khalifah-Nya dimuka bumi.

Jika setiap insan itu menginsafi bahwa ia akan mempertanggungjawabkan setiap apa yang telah diusahakan olehnya, maka tentu dia akan menjaga setiap ucapan, tulisan dan perbuatannya agar tidak terkeluar dari jalur-jalur yang telah ditentukan oleh Allah swt didalam al-Quran dan sunnah nabi-Nya. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (Q.S. Al-Zalzalah : 7 - 8)

4. Yang menguasai di hari pembalasan. (Q.S. al-Fatihah : 4)

Satu berita kepada umat manusia khususnya kepada mereka orang-orang yang beriman, bahwa tidak ada yang menjadi raja saat dipadang mahsyar. Semua manusia akan dibangkitkan semula dari kematian dan kemudian akan digiring oleh para malaikat untuk menghadap Allah swt untuk mempertanggungjawabkan segala apa yang telah diusahakan selama menjadi khalifah dimuka bumi.

Tidak ada yang menjadi raja pada waktu itu, semua manusia adalah sama dan telanjang tanpa seorangpun yang mengenakan pakaian apalagi pakaian kebesaran. Mereka semua berdiri terhina melainkan mereka yang dirahmati oleh Allah swt. "Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang Telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar." (Q.S. Al-Naba' : 38), "Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati Karena takut kepada-Nya." (Q.S. al-Anbiya' : 28)

Pada waktu itu hanya milik Allah swt saja yang segala kebesaran dan kehebatan serta kewibawaan dan kekuasaan. Demikianlah seperti yang dijelaskan oleh Allah swt didalam al-Quran yang bermaksud : "(yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (Q.S. al-Mukmin : 16), "Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja." (Q.S. Thaaha : 108).

Pada hari itu mereka yang telah mengerjakan tugasnya sebagai khalifah dengan baik, dengan beriman kepada-Nya serta mentaati segala ajaran-Nya kemudian mengerjakan amar makruf dan nahi mungkar, maka bagi mereka kenikmatan surga yang telah dijanjikan dan mereka tidak akan mati selamanya, demikian pula sebaliknya bagi mereka yang ingkar bahkan membangkang terhadap garis panduan yang telah ditentukan, bagi mereka adalah neraka yang tidak akan pernah mati pula didalamnya. "Hai manusia, Sesungguhnya kamu Telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: "Celakalah aku". Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (Q.S. al-Insyiqaaq : 6 - 12)

Sebagaimana dijelaskan juga bagi mereka yang tidak menjalankan tugasnya - dimuka bumi ini sebagai khalifah Allah - dengan baik maka renungkan ungkapan penyesalan mereka yang dilukiskan didalam al-Quran : "Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:"Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah." (Q.S. al-Naba' : 40)

Berita ini merupakan peringatan keras bagi umat manusia terlebih lagi bagi orang-orang yang beriman, karena merekalah yang membaca surat ini pada setiap solatnya. Maka sudah tentu dia akan lebih bertanggungjawab keatas dirinya tentang persiapan pada hari perjumpaan dengan penciptanya.

Ayat ini merupakan satu isyarat bagi umat manusia dan orang-orang yang beriman agar tidak melakukan perkara apapun dimuka bumi ini melainkan yang telah digariskan oleh Allah swt dan rasul-Nya saja. Maka para pemimpin tidak dibenarkan melakukan kezaliman dengan kekuasaan mereka melainkan bersikap adil saja; para politikus dan cendekiawan tidak dibenarkan melainkan memikirkan, menulis dan mengatakan yang haq saja; para suami tidak dibenarkan melainkan menggauli isteri-isteri mereka dengan baik saja; para artis dan penghibur tidak dibenarkan melainkan berperan dan menghibur dalam perkara yang benar saja; demikianlah setiap insan tidak dibenarkan melainkan mengerjakan kebaikan saja. Maka rasulullah saw bersabda "Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan mempertanggungjawabkan setiap apa yang dipimpin olehnya." (H.R. Jama'ah)

Dengan besikap demikian yang disebutkan tadi, maka dapatlah dikatakan bahwa manusia itu telah menepati misinya sebagai khalifah (pengganti) Allah dalam mengimarahkan muka bumi ini, tersebarlah kedamaian dan kesejahteraan bagi setiap makhluk Allah swt. "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Q.S. al-A'raf : 96), "Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka." (Q.S. al-Maidah : 66).

Dari makna ayat-ayat ini dapatlah disimpulkan bahwa tersebarnya kemaksiatan dan kerusakan dimuka bumi baik itu kerusakan alam semesta ataupun ideologi pemikiran disebabkan oleh manusia-manusia khususnya orang-orang yang beriman tetapi tidak mencermati apa yang dibaca didalam solatnya. Mereka lupa akan hari pertemuan dengan penciptanya, seandainya dia ingat sekalipun tetapi dia tidak membayangkan akan dahysatnya hari pertemuan itu.

5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (Q.S. al-Fatihah : 5)

Inilah ikrar kita untuk Sang Pencipta, inilah janji kita kepada Yang Maha Agung, inilah pengakuan kita terhadap Yang Maha Mendengar.

Imam al-Thabariy didalam tafsirnya menjelaskan bahwa Abu Ja'far mengatakan makna kalimat Iyaaka na'budu bermaksud : "Hanya kepada Engkau ya Allah kami berserah dan kami merendah dan kami taat." Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Abbas bahwa malaikat Jibril as mengajarkan rasulullah saw untuk membaca "Iyaaka na'budu" yang bermaksud : "Kami hanya mentauhidkan, takut dan berharap hanya kepada Engkau ya Tuhan kami, dan tidak mengharapkan selain dari-Mu."

Pada kalimat pertama ini merupakan satu materi tauhid yang diajarkan oleh Allah swt kepada Muhammad saw dan umatnya, bahwa mereka mesti berikrar terhadap diri mereka sendiri dihadapan Tuhan mereka didalam solat mereka agar mereka tidak menyembah selain Allah swt; tidak mentaati melainkan karena Allah swt; tidak mengharapkan dalam setiap apa yang diusahakannya selain Allah swt; tidaklah membenci melainkan karena Allah swt; dan tidak juga mencitai selian dari Allah swt. Rasulullah saw bersabda didalam sebuah hadis daripada Anas dan Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda : "Tidaklah sempurna iman diantara kamu sehingga aku lebih dicintai daripada dia mencintai orang tuanya dan anaknya." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Mencintai Rasulullah saw bermakna mencintai Allah swt, mencintai kedua-duanya dengan menjalankan segala perintah dan ajaran keduanya. "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Ali Imran : 31) Serta meninggalkan segala larangan keduanya : "apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya." (Q.S. al-Hasyr : 7)

Berserah diri atau sam'an wa tha'atan merupakan sikap yang paling prinsipil didalam keimanan kepada Allah swt, karena demikianlah maksud Islam itu diturunkan, mengajak manusia untuk berserah diri secara total kepada-Nya. Sikap berserah diri ini telah digambarkan oleh para malaikat, para nabi dan para sahabat dan orang-orang yang salih, bahkan alam semesta dan jagad raya turut pula taat atau berserah diri kepada Allah swt.

Para malaikat makhluk yang paling taat telah berserah diri kepada Allah swt, seperti yang dijelaskan oleh Allah swt didalam kisah penciptaan Adam as, ketaatan para malaikat ini telah dikekalkan didalam al-Quran surat-surat al-Baqarah ayat ke 34, al-A'raf ayat ke 11, al-Isra ayat ke 61, al-Kahfi ayat ke 50 dan surat Thaaha ayat ke 116. Mereka tidak bertanya-tanya kepada Allah swt mengapa harus sujud kepada Adam as, manakala Adam as baru saja diciptakan dan mereka sudah hidup lebih dahulu berbanding Adam as. Demikian pula mereka tidak protes lantaran nabi Adam as dicipta dari tanah dan mereka dicipta dari cahaya demikianlah yang dijelaskan oleh Ibnu Manzhur pada kitabnya "Mukhtashar Tarikh Damsyiq" bab "Abu al-Abbas" juz kedelapan, demikian pula yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya "Al-"Bidayah wa al-Nihayah" juz kesatu.

Manakala sikap berserah diri para nabi kepada Allah swt telah dijelaskan didalam al-Quran seperti berikut : "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (Q.S. 102 - 107) Perhatikan bahwa kedua nabi yang mulia ini (Ibrahim dan anaknya Ismail as) tidak protes kepada Allah swt mengapa harus menyembelih Ismail as dan perhatikan apa yang dikatakan oleh Ismail as : "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Yang kita jadikan ibrah dalam kisah ini adalah selama apa yang didengar, apa yang dilihat dan apa yang dirasakan itu benar-benar dari Allah swt, maka tidak ada perkataan yang diluahkan melainkan mereka berkata sami'na wa atha'na.

Allah swt telah mengabadikan kisah penyerahan diri nabi Ibrahim as didalam al-Quran : "Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". (Q.S. al-Baqarah : 131).

Sikap berserah diri kepada Allah swt telah digambarkan pula oleh manusia biasa dialah Abu Bakr al-Shiddiq ra. Ibnu Hisyam didalam kitabnya al-Sirah al-Nabawiyah jilid kedua bab "Audat Ila Hadits al-Hasan" Ketika kafir Quraisy mendustakan peristiwa Isra' dan Mi'raj dan tidak sedikit orang-orang yang sudah beriman menjadi murtad karena peristiwa besar itu. Maka datanglah mereka secara beramai-ramai menghadap Abu Bakr al-Shiddiq dan memberitakan peristiwa yang sangat luar biasa itu. Maka Abu Bakr mengatakan : "Demi Allah, jika dia (Muhammad saw) yang mengatakan maka dia telah berkata benar. Maka apa sebabnya yang menyebabkan kamu merasa heran dengannya? Maka demi Allah, sesungguhnya dia (Muhammad saw) betul-betul telah mengabarkan kepadaku bahwa berita itu datang dari langit (Allah swt) ke bumi, pada saat malam ataupun siang maka aku akan membenarkannya..." Maka sejak hari itu Abu Bakr ra mendapat gelar al-Shiddiq (orang yang membenarkan).

Allah swt telah mengabarkan kepada umat manusia, bahwa alam jagad raya semua patuh dan tunduk terhadap ketentuan Allah swt. Allah swt menjelaskan didalam al-Quran al-Karim : "Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".(Q.S. Fushilat : 11). Bahkan alam jagad raya sentiasa bertasbih mengagungkan nama-nama Allah swt, Sang Pencipta Yang Maha Sempurna. Semua ini telah dilukiskan didalam al-Quran pada surat-surat berikut : al-hadiid : 1, al-Shaff : 1, al-Hasyr : 1, al-Jumu'ah : 1 dan al-Taghabun : 1.

Demikian contoh-contoh hamba-hamba yang berserah diri secara total kepada Allah swt, demikianlah semestinya sikap orang-orang beriman kepada Rabbnya, karena hanya Allah swt saja yang layak untuk disembah dan ditaati.

Sebagai seorang yang benar-benar beriman hendaklah mentaati ajaran Allah swt dan rasul-Nya secara total atau kaaffah. Allah swt berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (Q.S. al-Baqarah : 208). Ayat ini merupakan isyarat serta pengejawantahan keatas kalimat Iyyaka na'budu, sehingga diharapkan orang-orang yang beriman itu dapat menghayati keimanan serta penyembahan itu dengan benar, tidak menjadi seorang yang hanya berlabel Islam di KTPnya tetapi pemikirannya, hatinya, tulisannya, perkataannya, perbuatannya, sikapnya dan pakaiannya seperti orang-orang Yahudi ataupun Nasrani.

Allah swt juga telah menegaskan cara bersikap seorang muslim dalam hal ta'abbud ini seperti yang telah dijelaskan didalam al-Quran al-Karim seperti berikut : "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (Q.S. al-Ahzab : 36)

Wa Iyyaka Nasta'iinu (Hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan). Inilah ikrar kita yang kedua, setelah ikrar yang pertama bahwa kita tidak akan mentaati selain Allah swt saja.

Imam al-Thabariy menjelaskan didalam tafsirnya bahwa Abu Ja'far mengatakan makna perkataan Allah swt 'Wa Iyyaka Nasta'iinu' : "Dan hanya kepada-Mu wahai Allah kami memohon pertolongan dalam ibadah kami, ketaatan kami hanya untukmu dan dalam setiap urusan kami, kami tidak meminta kepada sesiapun dan apapun selain kempada-Mu. Seandainya orang-orang selain kami meminta kepada tuhan-tuhan selain kamu, maka kami hanya kepadamu meminta dalam setiap urusan kami dengan penuh keikhlasan dalam penghambaan kami terhadapmu."

Ikrar ini berkaitan rapat dengan ikrar yang pertama, bahwa sebagai bentuk ta'abbud penyembahan atau berserah diri kepada Allah swt manusia diajarkan nutuk meminta pertolongan Allah swt sebagai bukti ketaatannya kepada Rabb.

Walaupun kita tidak dibenarkan untuk meminta pertolongan selain kepada Allah swt, kita diwajibkan berusaha untuk mendapatkan segala keperluan kita sehari-hari, asalkan cara yang digunakan tidak bertentangan dengan syariat.

Meminta pertolongan sesama manusia dalam perkara memenuhi keperluan hidup sehari-hari adalah mubah, karena demikianlah manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Manakala meminta pertolongan kepada malaikat, jin, syaithan ataupun dukun dengan tujuan untuk menjaga diri dari ditimpa musibah ataupun untuk mendatangkan keuntungan adalah haram dan syirik akbar, dapat menyebabkan pengamalnya masuk neraka selamanya.

Menggunakan jimat atau tangkal yang diletakkan didalam pakaian ataupun ikat pinggang dan sebagainya, merupakan pengingkaran terhadap ikrar tadi bahkan sikap demikian telah menyebabkan seseorang menjadi syirik. Al-ustaz al-mufti Athiyah Saqr didalam kitab Fatawa al-Azhar bab al-tamaa im menjelaskan bahwa tidak mengapa menggunakan penangkal yang diambil dari ayat-ayat al-Quran, dengan i'tikad bahwa apa yang diambil dari ayat-ayat al-Quran itu tidak akan mendatangkan manfaat atau mudharat melainkan dengan izin Allah swt, dan agar menjaga ayat-ayat Allah swt dari penyalahgunaan.

Menurut hemat saya, agar setiap orang yang beriman tidak menggunakan jimat apapun bentuknya, karena sikap demikian tetap membuka jalan kearah syirik, karena perantara untuk menjadi syirik itu sudahpun ada. Selain itu, permasalahan menggunakan jimat atau penangkal dari ayat-ayat al-Quran merupakan masalah khilafiyah para ulama salaf juga ada hadis Rasulullah saw yang mengharamkan menggunakan jimat seperti yang diriwayatkan oleh Abu Ya'ala al-Mushiliy bab Man Ta'allaqa Tamiimatan Falaa Atammallah didalam Musnadnya. Pelarangan menggunakan jimat ini juga dapat kita cermati dari kitab-kitab Fatawa Islamiyah bab Hukmu Zabihat Man Yu'alliq al-Tamaa im juga kita Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah bab ke13 juz ke 14.

Manakala meminta pertolongan kepada jin, syaitan ataupun malaikat untuk menjauhkan diri dari malapetaka ataupun untuk mendatangkan kebaikan, maka hal ini sudah termasuk syirik akbar. Demikian yang dijelaskan didalam kitab Fatawa lajnah al-daa imah li al-buhuts al-'ilmiyah wa al-ifta' bab al-isti'anah bi al-Jinn aw al-Malaikat juz 1, yang dikumpulkan oleh Ahmad bin Abd al-Razaq al-Duwaisy.

"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (Q.S. al-Taubah : 31), "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan). Dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus." (Q.S. al-Bayinah : 5)

Jika telah diucapkan ikrar maka tidak ada yang patut dilakukan, melainkan menunaikan ikrar itu dengan sempurna. Yang demikian adalah lebih dekat kepada ridha Allah swt.

Namun demikian tidak sedikit masyarakat kita yang mengingkari ikrar ini, walaupun dia terus mengulangi ikrar setia itu sebanyak tujuh belas kali sehari semalam. Banyak yang masih juga mendatangi para dukun untuk diminta perkhidmatan mereka.

Allah Maha Melihat tentang apa yang mereka lakukan, akan tetapi Allah swt tidak pernah mengingkari sifatnya al-rahman dan al-rahiim. Dia tetap mengasihi hamba-hamba-Nya, Dia masih memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, Dia masih memanjangkan usia mereka agar satu masa nanti mereka kembali kejalan-Nya. Tetapi jika ajal itu sudah dihadapan mata, maka tidak ada taubat yang diterima.

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Q.S. al-Fatihah : 6)

Muhammad bin Jarrir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amaliy Abu Ja'far al-Thabariy (Imam al-Thabariy) menjelaskan didalam tafsirnya "Jaami' al-Bayan fi Ta'wil al-Quran" daripada Ibnu Abbas beliau berkata : "Jibril as mengatakan kepada Muhammad saw "Katakan wahai Muhammad, Ihdinaa al-shiraat al-Mustaqiim"."

Abu Ja'far menjelaskan bahwa makna 'Ihdinaa al-shiraat al-Mustaqiim' tetapkanlah kami untuk berada padanya. Al-Ustaz Muhammad Aliy al-Shabuniy menjelaskan didalam kitabnya Shafwat al-Tafasir jilid 1, bahwa maksud ayat : "Tunjukkan kami wahai Tuhan kepada jalan-Mu dan agama-Mu yang lurus, dan tetapkan kami dalam keadaan beragama Islam yang telah Engkau utuskan dengannya nabi-nabi-Mu dan rasul-rasul-Mu, dan telah Engkau utuskan dengannya utusan terakhir, dan jadikan kami termasuk orang-orang yang berjalan diatas jalan orang-orang yang didekatkan kepadaMu".

Setelah kita berikrar akan taat setia kepada Allah swt dan rasul-Nya, maka pada ayat ke enam dari surat al-Fatihah kita diajarkan untuk berdoa memohon kepada Allah swt agar ditetapkan dijalan yang lurus dan senantiasa dalam keadaan beriman. Yang demikian itu merupakan bukti kasih sayang Allah swt (rahman dan rahiim) kepada orang-orang yang beriman, karena hanya dengan imanlah Allah swt memuliakan mereka serta meninggikan derajat mereka di dunia dan akherat.

Dr. Yusuf al-Qardhawiy menjelaskan didalam sebuah artikelnya yang berjudul "Hal Nahnu Mukminuun?" bahwa sifat-sifat orang-orang yang beriman yang dijanjikan pertolongan serta kemenangan dan kejayaan dari Allah swt adalah seperti yang digambar didalam al-Quran berikut :

Sifat-sifat orang-orang yang beriman didalam al-Quran :

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia." (Q.S. al-Anfal : 2 - 4)

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. al-Taubah : 71)

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar." (Q.S. al-Hujurat : 15)

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,Dan orang-orang yang menunaikan zakat, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.Barangsiapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." (Q.S. al-Mukminuun : 1 - 11)

Sekurang-kurangnya tujuh belas kali kita membacakan doa ini didalam solat sehari semalam. Kita memohon agar Allah swt berkenan menetapkan kita untuk senantiasa berada pada jalan yang benar (Islam). Allah swt pasti mengabulkan doa tadi karena demikianlah janji Allah swt kepada hamba-hamba-Nya, tetapi tentunya doa itu mesti diikuti dengan usaha yang sesuai. Bagi mereka yang bercita-cita dan berkeinginan untuk tetap berada diatas jalan yang benar, untuk mentaati segala ajaran-Nya, patuh setia terhadap setiap aturan mainnya, dan bukan sebaliknya menjadi pembangkang terhadap ajaran-ajaran-Nya. Kita tidak boleh membuat satu hukum ataupun pernyataan keagamaan selain dari yang diajarkan didalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya, dengan menghalalkan apa-apa yang telah diharamkan oleh-Nya maupun dengan mengajak orang lain bahkan bersatu dengan dengan musuh-musuh Allah swt untuk bersama-sama menentang-Nya.

Seorang pelajar tidak cukup hanya berdoa untuk sukses dalam ujian, tetapi dia wajib mengulang dan membaca nota kuliahnya, dan tidak cukup hanya sebatas mengulang kaji pelajarannya tetapi dia juga harus bersungguh-sungguh dalam memahami notanya, entah dengan cara mendiskusikan dengan dosen ataupun belajar kelompok, kemudian mungkin menghafalnya. Kalau tidak demikian maka jauh panggang dari api. "Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka." (Q.S. al-Ra'd : 14)

7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Q.S. al-Fatihah : 7)

Inilah jalan-jalan yang kita mohonkan kepada Allah swt dalam setiap solat kita. Kita memohon agar diri dan seluruh orang-orang yang beriman senantiasa berjalan diatas jalan yang lurus yaitu Islam, karena demikianlah jalan-jalan yang benar yang telah anugerahkan berupa kenikmatan kepada mereka-mereka kekasih Allah swt.

Pada ayat terakhir dari surat al-Fatihah ini akan kita bagikan uraiannya kepada tiga bagian.

Pertama : (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; Allah swt menjelaskan orang-orang yang diberikan nikmat oleh-Nya yaitu mereka yang digambarkan pada ayat berikut : "Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (Q.S. al-Nisa : 69)

Allah swt menjelaskan bahwa mereka yang berhak mendapatkan janji Allah swt berupa kenikmatan surga adalah mereka yang mentaati, tunduk dan patuh kepada ajaran Allah swt dan rasul-Nya. Kemudian Allah swt mengklasifikasikan golongan-golongan yang berhak mendapatkan rahmat-Nya itu yaitu :

1. Para nabi-nabi.

2. Orang-orang yang membenarkan setiap apa yang diajarkan didalam al-Quran.

3. Orang-orang yang mati dalam memperjuangkan agama Allah swt.

4. Orang-orang yang senantiasa beramal saleh.

Bahkan Allah swt menegaskan bahwa mereka itulah sebaik-baik orang yang bisa dijadikan kawan ataupun yang layak untuk diteladani.

Siapakah mereka orang-orang yang membenarkan itu? Allah swt menjelaskan ciri-ciri mereka itu seperti yang dijelaskan pada ayat berikut: "Orang-orang yang telah kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepada-Nya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (Q.S. al-Baqarah : 121)

Didalam kitab al-Quran dan terjemahannya yang dikeluarkan oleh departemen agama Republik Indonesia dijelaskan bahwa, yang dimaksudkan dengan orang-orang yang membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, yaitu mereka orang-orang tidak merobah dan mentakwilkan al-Kitab (al-Quran) sekehendak hatinya.

Manakala dijelaskan oleh Muhammad bin Jarir al-Thyabariy didalam tafsirnya bahwa mereka yang dimaksudkan dengan kalimat diatas adalah para sahabat yang beriman, patuh dan tunduk serta membenarkan apa yang ada pada al-Quran itu, walaupun sebahagian mufassririn menjelaskan bahwa, yang dimaksudkan dengan mereka itu ialah Bani Israil yang membenarkan ajaran Taurat serta meyakini kebenaran nabi Muhammad saw bahwa beliau adalah seorang utusan Allah swt.

Para sahabat berselisih faham kepada tiga pendapat mengenai penafsiran siapakah mereka yang telah membaca al-Kitab dengan sebenar-benar bacaan itu.

1. Abdullah bin Abbas ra menjelaskan bahwa : mereka yang menghalalkan apa yang dihalalkan dan mengharamkan apa yang diharamkan, dan tidak melakukan pemalsuan terhadapnya.

2. Abdullah bin Mas'ud menjelaskan bahwa : mereka yang menghalalkan apa yang dihalalkan dan mengharamkan apa yang telah diharamkan, kemudian mereka membacanya seperti waktu diturunkan, serta tidak memalsukan ayat-ayatnya, dan tidak mentakwilkannya dengan sesuka hati.

3. Qais bin Mas'ud menjelaskan bahwa : mereka yang mengikuti ajarannya, seperti yang dijelaskan oleh Allah swt didalam surat al-Syams ayat ke 2 yang bermaksud : "Dan apabila bulan mengikutinya".

Dari ketiga penafsiran sahabat diatas dapat disimpulkan bahwa, mereka yang dikatakan sebagai orang-orang yang membaca al-Quran dengan sebenar-benar bacaan adalah mereka yang mengikuti apa yang diajarkan dengan menghalalkan apa-apa yang telah dihalalkan dan mengharamkan apa-apa yang telah diharamkan; membacanya dengan bacaan yang benar kemudian tidak mentakwilkan ayat-ayatnya dengan sesuka hati. Demikianlah gambaran golongan kedua yang dijanjikan akan mendapat rahmat Allah swt, yaitu mereka yang membenarkan ajaran-ajaran-Nya.

Kedua : bukan (jalan) mereka yang dimurkai,

Demikianlah permohonan kita kepada Allah swt didalam solat kita, kita memohon dengan penuh pengharapan agar supaya kita dapat bersama golongan yang pertama yaitu mereka orang-orang yang diberikan rahmat oleh Tuhan mereka. Kemudian kita melanjutkan permohonan itu dengan berdoa agar tidak dimasukkan kedalam golongan yang kedua yaitu orang-orang yang yang dimurkai.

Ketika rasulullah saw ditanyakan oleh para sahabat yang mulia, siapakah mereka yang dimurkai, maka Rasulullah saw menjawab al-Yahuud (orang-orang Yahudi). (H.R. Ahmad).

Mengapa Rasulullah saw menjelaskan bahwa yang dimurkai itu adalah Yahudi? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat kita kaji gambaran akhlak Yahudi didalam surat al-Baqarah dari ayat ke 40 hingga ayat 142.

Disebutkan didalam surat ini bahwa Yahudi senantiasa mengingkari nikmat Allah swt yang telah dianugerahkan kepada mereka. Adapun kenikmatan yang telah Allah swt anugerahkan keatas mereka itu adalah seperti berikut :

1. Telah dimuliakan oleh Allah swt keatas seluruh umat.

2. Diutusnya para nabi untuk membimbing mereka, bahkan hampir semua nabi diutuskan untuk membimbing mereka.

3. Diselamatkan dari angkara Fir'aun.

4. Diselamatkan dari tenggelam di laut merah.

5. Diturunkan makanan dari langit saat tersesat ditengah-tengah gurun pasir.

6. Dipancarkan air yang dapat diminum saat tersesat ditengah-tengah gurun pasir.

7. Dinaungi oleh awan saat tersesat ditengah-tengah gurun yang panas dan tandus.

8. Allah swt pilihkan tempat yang baik bagi mereka untuk membangun peradaban.

Sebab-sebab murka Allah swt keatas mereka :

1. Tidak mau beriman melainkan kalau sudah melihat Allah swt dengan mata kepala mereka sendiri.

2. Menukar serta memalsukan ayat-ayat Allah swt (Taurat) yang dilakukan oleh rahib-rahib mereka.

3. Mengajarkan kepada masyarakat apa-apa yang tidak pernah diajar didalam kitab Taurat.

4. Membunuh para nabi dan rasul.

5. Tidak bersungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah swt, terutama dalam perkara penyembelihan lembu.

6. Banyak alasan yang dibuat-buat untuk tidak melakukan perintah Allah swt.

7. Menjual ayat-ayat Allah swt dengan harga murah (meremehkan).

8. Melakukan perintah yang berlainan dari apa yang disuruh oleh Allah swt.

9. Memiliki hati yang keras (sok lebih tau), bahkan lebih keras dari batu.

10. Selalu ingkar janji.

11. Berbuat zalim seperti membunuh, berbohong.

12. Rela dengan kehidupan dunia berbanding akherat.

13. Munafiq.

14. Selalu ingkar dengan apa yang diajarkan oleh Musa.

15. Tidak mau beriman sehingga gunung Thur hampir dicampakkan keatas mereka.

16. Mengatakan bahwa surga hanya milik mereka.

17. Tamak dengan kehidupan dunia.

18. Malaikat dijadikan musuh.

19. Tidak dapat menerima kebenaran al-Quran.

20. Ingkar dengan kenabian Muhammad saw.

21. Menyukai ilmu sihir.

22. Gemar memperolok orang-orang yang beriman kepada nabi Muhammad saw.

23. Tidak mengakui kebesaran Allah swt.

24. Berhasrat untuk mengembalikan orang-orang beriman agar menjadi kafir kembali.

25. Hasad dengki terhadap orang-orang yang beriman.

26. Suka berangan-angan tanpa ada dalil yang jelas (mereka akan masuk surga).

27. Berusaha menjauhkan umat dari berzikir mengingat Allah swt.

28. Mengatakan bahwa Allah swt memiliki anak-anak.

29. Menjadikan lembu sebagai sesembahan.

30. Menginginkan orang-orang yang beriman agar menyerupai mereka dalam setiap perkara.

31. Ingkar atas ajaran nabi Ibrahim as.

32. Membenci orang-orang yang memalingkan mukanya kearah mesjid al-Haram.

Sebagai hukuman keatas kaum ini yang keras kepala ini, maka Allah swt telah menceritakan didalam al-Quran-Nya bahwa mereka telah dijadikan kera-kera yang hina dan menjadi babi-babi (Q.S. al-Baqarah : 65 dan al-Maidah : 60).

Bukankah sangat dahysat akibat perbuatan ingkar mereka itu, Allah swt jadikan mereka kera-kera yang hina. Jika kera-kera yang ada di kebun binatang itu kelihatn lucu-lucu dan menggelikan, maka bagaimana dengan keadaan kera-kera yang hina itu? Jika kita melihat babi sudah cukup membuat perut gak enak dan kepala jadi pusing, maka bagaimana keadaannya jika manusia itu yang berubah menjadi babi? Na'udzubillah min zalik.

Allah swt tidak zalim terhadap seluruh makhluk yang telah diciptakan oleh-Nya, tetapi makhluk itu sendiri yang telah menzalimi diri mereka sendiri. (Q.S. Ali Imran : 117).

Mengapa Allah swt menceritakan kejadian ini didalam al-Quran? Padahal mereka semua sudah dimusnahkan oleh Allah swt ribuan tahun sebelum nabi Muhammad diutus menjadi seorang Rasul? Maka demikianlah jawaban Allah swt kepada umat ini : "Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (Q.S. al-Baqarah : 66)

Ketiga : dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Akhirnya kita memohon kepada Allah swt agar kita tidak dimasukkan kedalam golongan yang ketiga yaitu mereka orang-orang yang tersesat.

Ditanyakan kepada nabi Muhammad saw, siapakah mereka yang tersesat itu wahai Rasulullah saw? Maka Rasulullah saw menjawab, mereka adalah al-Nashara (orang-orang Nasrani). (H.R. Ahmad)

Mereka tersesat karena beranggapan bahwa nabi Isa as itu adalah anak Allah swt sebagaimana mereka beranggapan bahwa Sayidah Maryam as adalah isteri Allah swt. (Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan). Manakala Allah swt menafikan apa yang mereka sifatkan itu seperti yang dijelaskan didalam al-Quran : "Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu." (Q.S. al-An'am ayat ke 101).

Setelah Allah swt jelaskan terpesongnya akidah mereka yang menyebabkan mereka menjadi tersesat, maka Allah swt jelaskan juga akan karakter mereka yaitu perasaan hasad dan dengki terhadap kaum muslimin, seperti yang telah dijelaskan dialam al-Quran : "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (Q.S. al-Baqarah : 120)

Demikianlah pesan-pesan al-Fatihah kepada seluruh umat Islam sehingga diwajibkan bagi mereka untuk membacanya pada setiap solat, dan tidak sah solat itu tanpanya, agar mereka mengingat-ingati ikar yang mereka ucapkan dan doa-doa yang mereka panjatkan.

Dan nilai-nilai yang disampaikan oleh Allah swt melalui al-Fatihah itu adalah supaya orang-orang yang beriman senantiasa memulai setiap pekerjaan dengan menyebut nama Allah swt karena mereka tidak akan dapat melakukan apa-apa melainkan atas kehendak Allah swt dan agar mereka merasa bahwa hanya Allah swt saja yang berkuasa dan bahwa dirinya adalah kecil dan hina; senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan dengan mentaati segala perintah-Nya dan bukan menjadi pembangkang keatas segala ajaran-Nya; bersifat rahman dan rahiim dengan menyebarkan kebaikan dan kedamaian serta mencegah kemungkaran dan kehancuran; berwawasan jauh kehadapan dengan beramal soleh selama hidup, semata-mata untuk mempertanggug jawabkan apa yang telah dilaksanakan sebagai khalifah Allah swt di muka bumi; integritas total kepada al-Khaliq dengan tidak mentaati selain kepada Allah swt dan tidak meminta pertolongan selain kepada-Nya karena setiap pertolongan itu berasal dari-Nya tidak akan pernah terjadi melainkan atas izin-Nya; memohon kepada Allah swt agar senantiasa dihidupkan dalam keimanan dan masuk kedalam surga-Nya seperti mereka yang telah mendapatkan rahmat Allah swt dari para nabi-nabi, orang-orang yang membenarkan, pada syuhada dan orang-orang saleh; dan memohon untuk tidak bersikap seperti Yahudi sehingga dikutuk dan dilaknat, juga supaya diselamatkan dari sikap orang-orang Nasrani yang telah tersesat dan mereka bersama-sama Yahudi memerangi umat Islam dan akidahnya.

Jika umat Islam hari ini beramal dengan surat al-Fatihah dengan sepenuh jiwa, maka dapat dipastikan umat ini akan kembali kepada saat-saat kejayaannya seperti yang telah pernah dibuktikan oleh para sahabat dan tabi'in dahulu. Allah swt berjanji akan memenangkan mereka, menjaga mereka dan menolong mereka. Namun hari ini yang terjadi adalah umat Islam membaca surat al-Fatihah, tetapi mereka menjadi antek-antek Yahudi dan Nasrani; membenci para ulama saleh; menghukum orang-orang yang ingin menjaga kemurnian akidah dengan panggilan "penjaga akidah" seakan-akan penjaga akidah itu dalah musuh bebuyutan mereka; manghalalkan yang haram; mengikuti imam bukan karena benar tetapi karena ta'ashub membabibuta; membaca al-Quran tetapi tidak mentadabburinya; meyakini al-Quran adalah kitabnya tetapi membenci orang-orang yang ingin beramal dengannya dan menegakkan kalimat-kalimat-Nya; mengatakan Muhammad saw sebagai panutannya tetapi yang didengar perkataan orang-orang yang dikagumi olehnya saja.

Oleh karena itu celakalah bagi mereka yang solat, karena lalai terhadap solatnya. Solatnya tidak dapat membentuk karakter kebaikan untuknya, bukan karena solat itu yang salah tetapi dirinya tidak memahami dan tidak beramal dengan nilai-nilai apa yang dilakukan ketika solatnya. Allah swt telah menjamin bahwa solat dapat menjaga manusia dari sifat mazmumah agar dirinya selamat di dunia dan akherat. Maka sungguh Allah swt sekali-kali tidak pernah menzalimi hamba-hamba-Nya jika ada yang masuk neraka, tetapi mereka sendiri yang mencelakakan diri mereka. Na'udzubillahi min dzalik

Allah swt inginkan kebaikan kepada seluruh umat manusia, karena seluruh umat manusia adalah khalifahnya yang mewakili Allah swt terhadap segala urusan dimuka bumi. Maka celakalah bagi yang merusak amanah itu dengan melakukan kerusakan; menyebarkan kesesatan; menjadi pembangkang. Dan beruntunglah bagi yang menjaganya.

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam solatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara solatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." (Q.S. al-Mukminun : 1 - 11)

Wallahu a'lam bi al-shawab

Masyhuri Mas'ud

Tidak ada komentar: